Sinopsis Edge of Darkness
Edge of Darkness merupakan film pertama aktor asal Australia ini setelah terakhir kali berperan dalam film We Were Soldiers dan Signs di tahun 2002. Film ini sendiri merupakan adaptasi layar lebar dari sebuah miniseri berjudul sama yang sempat ditayangkan BBC dan sukses pada tahun 1985. Versi layar lebar ini disutradarai oleh Martin Campbell, yang sebelumnya sukses menyutradarai proyek reboot dari serial James Bond, Casino Royale, serta diproduseri oleh Michael Wearing, sutradara dan produser asli dari serial Edge of Darkness.
Dimulai dengan adegan mengapungnya tiga mayat di sebuah danau diseberang Norwood International's Nuclear Facility, film ini menceritakan pertemuan kembali antara seorang detektif, Thomas Craven (Mel Gibson), dengan anak satu-satunya, Emma Craven (Bojana Novakovic), setelah beberapa lama berpisah akibat perbedaan pendapat antara mereka berdua. Ketika Thomas sedang mempersiapkan makan malam, Emma merasakan sakit pada tubuhnya dan meminta sang ayah untuk membawanya ke dokter. Malang, ketika baru saja membuka pintu rumah, seorang pria asing bertopeng datang dan langsung menghujamkan tembakan ke tubuh Emma dan menyebabkan kematiannya.
Tentu saja, hal ini membawa duka yang mendalam pada diri Thomas. Ia, dan teman-temannya di kepolisian, menduga bahwa target penembakan sebenarnya adalah dirinya. Karenanya, Thomas membuka kembali berbagai file para penjahat yang pernah ditanganinya untuk melihat berbagai potensi mengenai adanya pelaku yang masih memendam dendam pada dirinya. Namun, apa yang ditemukan Thomas jauh lebih berbahaya dari yang ia sangkakan. Kematian sang putri satu-satunya secara perlahan membuka begitu banyak tabir konspirasi kejahatan yang ternyata banyak melibatkan pihak pemerintahan.
Plot dengan dasar membalas dendam karena motif kehilangan seseorang yang sangat dicintai mungkin bukan hal baru lagi di Hollywood. Terakhir, Jodie Foster melakukannya dengan sangat baik di The Brave One dan Liam Neeson juga tampil meyakinkan di Taken. Namun, dengan melibatkan kehadiran pihak ketiga, bukan murni hanya kisah seorang yang ingin menuntut balas terhadap seseorang, Edge of Darkness memiliki plot cerita yang lebih dalam, kompleks dan berliku dibandingkan dengan film-film tersebut.
Aktor tersebut dapat memberikan sebuah nilai lebih bagi Edge of Darkness, sekaligus sedikit kesulitan bagi mereka yang hanya menonton film ini untuk mencari sebuah tontonan hiburan semata. Dan harus diakui, Martin Campbell sedikit kesulitan untuk mengembangkan beberapa bagian dari cerita tersebut, khususnya pada karakterisasi masing-masing tokoh di dalam jalan cerita, yang kemungkinan besar disebabkan oleh keterbatasan waktu.
Dimulai dengan adegan mengapungnya tiga mayat di sebuah danau diseberang Norwood International's Nuclear Facility, film ini menceritakan pertemuan kembali antara seorang detektif, Thomas Craven (Mel Gibson), dengan anak satu-satunya, Emma Craven (Bojana Novakovic), setelah beberapa lama berpisah akibat perbedaan pendapat antara mereka berdua. Ketika Thomas sedang mempersiapkan makan malam, Emma merasakan sakit pada tubuhnya dan meminta sang ayah untuk membawanya ke dokter. Malang, ketika baru saja membuka pintu rumah, seorang pria asing bertopeng datang dan langsung menghujamkan tembakan ke tubuh Emma dan menyebabkan kematiannya.
Tentu saja, hal ini membawa duka yang mendalam pada diri Thomas. Ia, dan teman-temannya di kepolisian, menduga bahwa target penembakan sebenarnya adalah dirinya. Karenanya, Thomas membuka kembali berbagai file para penjahat yang pernah ditanganinya untuk melihat berbagai potensi mengenai adanya pelaku yang masih memendam dendam pada dirinya. Namun, apa yang ditemukan Thomas jauh lebih berbahaya dari yang ia sangkakan. Kematian sang putri satu-satunya secara perlahan membuka begitu banyak tabir konspirasi kejahatan yang ternyata banyak melibatkan pihak pemerintahan.
Plot dengan dasar membalas dendam karena motif kehilangan seseorang yang sangat dicintai mungkin bukan hal baru lagi di Hollywood. Terakhir, Jodie Foster melakukannya dengan sangat baik di The Brave One dan Liam Neeson juga tampil meyakinkan di Taken. Namun, dengan melibatkan kehadiran pihak ketiga, bukan murni hanya kisah seorang yang ingin menuntut balas terhadap seseorang, Edge of Darkness memiliki plot cerita yang lebih dalam, kompleks dan berliku dibandingkan dengan film-film tersebut.
Aktor tersebut dapat memberikan sebuah nilai lebih bagi Edge of Darkness, sekaligus sedikit kesulitan bagi mereka yang hanya menonton film ini untuk mencari sebuah tontonan hiburan semata. Dan harus diakui, Martin Campbell sedikit kesulitan untuk mengembangkan beberapa bagian dari cerita tersebut, khususnya pada karakterisasi masing-masing tokoh di dalam jalan cerita, yang kemungkinan besar disebabkan oleh keterbatasan waktu.
Cara penyelesaian konflik film ini, mungkin akan mengingatkan sebagian orang akan The Departeo. Tidak heran, proses adaptasi naskah Edge of Darkness memang dilakukan oleh orang yang sama, William Monahan. Dan ini bukanlah suatu hal buruk. Hanya saja, Monahan seperti terlalu sering memainkan jalannya roda emosi pada naskah film ini. Pada beberapa menit Edge of Darkness berjalan seperti sebuah film aksi murni yang menawarkan banyak adegan keras, di menit berikutnya Monahan menyajikan alur drama dengan jalan cerita lamban, dan hal ini berjalan secara bergantian. Sekali lagi, untungnya eksekusi naskah ini berjalan cukup baik, sebagian besar karena kemampuan drama yang kuat dari para pemerannya. Namun tentu saja bagi mereka yang menginginkan lebih banyak adegan keras, akan merasa sedikit kecewa. Khususnya, ketika film ini memberikan lebih banyak eksplorasi ke sisi drama daripada ke sisi action-nya.
Edge of Darkness juga memberikan sebuah ending cerita yang cukup cerdas, dimana tidak ada satupun pihak yang "benar-benar menang" di akhir cerita. Thomas Craven memang berhasil meraih apa yang ia inginkan semenjak awal film, namun ia juga tidak diberikan sebuah kebahagiaan mutlak di akhir cerita dari versi layar lebar dari Edge of Darkness ini.
Komentar
Posting Komentar